Pesona Tersembunyi di Muara Enggelam (Dua) Selesai

Desa Tertinggal Yang Menyimpan Segudang Prestasi

Rubrik : Leisure | Topik : Wisata | Terbit : 24 June 2020 - 02:02

Pesona Tersembunyi di Muara Enggelam (Dua) Selesai
Rumah Rakit desa di Muara Enggelam -- www,kaltimnews.co / Foto: Arief Kaseng

KALTIMNEWS.CO, Kukar – Sang fajar baru saja hendak bersinar di ufuk timur, dari kejauhan terdengar suara samar-samar dari atas perahu dayung, “Alioooo molen, Alioooo brownis, Alioooo donat”  begitulah cara Ibu Nunduk mejajakan jualannya.

Setiap pagi hari wanita paruh baya yang menjual jajajan menggunakan perahu dayung miliknya. Aktifitas ibu nunduk merupakan salah satu ciri khas tersendiri yang bisa anda temui Desa Muara Enggelam. Di tempat lain anda mungkin harus berjalan kaki atau memesan makanan melalui aplikasi, namun di Desa Muara Enngelam semua itu tidak perlu anda lakukan.    

ibu-nunduk-muara-enngelam-kaltimnews.

Ibu Nunduk Saat menjajakan makanan yang ia jual dengan mengunakan perahu dayung -- www,kaltimnews.co / Foto: Arief Kaseng

Sebenarnya jika disimak Perekonomian masyarakat di Desa ini dapat meningkat, hal tersebut dengan adanya singnal 4G yang bisa di akses dilokasi ini, meskipun hanya berada dibeberapa titik tertentu saja.

Kendati demikian dengan kehadiran jaringan tersebut tentu saja dapat di manfaatkan oleh warga dalam memasarkan sejumlah hasil olahan seperti ikan asap khas daerah ini melalui aplikasi bahkan disosial media lantaran di daerah yang terbilang terpencil ini, sebahagian besar warganya sudah memiliki alat komunikasi handphone (HP) dan listrik

infografis-muara-enggelam.

desain --- www.kaltimnews.co / Arief Kaseng

Berbicara soal listrik Warga Desa Muara Enggelam punya cerita pahit soal listrik. Dahulu, sebelum adanya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) komunal atau Kelola Listrik Komunal Muara Enggelam (Klik-me). Desa ini menggunakan genset untuk memasok listrik ke rumah-rumah warga. Namun mesin berbahan solar itu tak bisa dioperasikan setiap saat, hanya malam hingga pagi hari saja. Hingga PLTS komunal atau yang dikenal dengan sebutan Klik-me hadir di desa ini.

Tepatnya di 2015 silam, Berbekal dari seperangkat panel solar cell dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Bantuan senilai senilai Rp3,5 miliar dalam bentuk perangkat panel tenaga matahari ini kemudian memberi angin segar buat warga yang jauh dari akses ke kota itu.

klik-me-muara-enggelam.

Ramsyah saat memperlihatkan ruang penyimpanan daya listrik komunal Desa Muara Enggelam -- www,kaltimnews.co / Foto: Istimewa

Kehadiran Klik-me di wilayah ini, kemudian menggeser peran genset yang selama ini menjadi kebutuhan utama warga desa tersebut, hal ini tidak di pungkiri mengingat harga genset yang terbilang mahal membuat segelintir masyarakat desa saja yang mampu merasakan listrik kala itu.

Selain persoalan harga Klik-me juga dinilai lebih efeisien, pasalnya warga yang menggunakan ganset harus merogoh kocek rata-rata Rp 30.000/hari dengan jam operasional selama 6 jam/hari.

Sementara dengan menggunakan listrik komunal warga lebih mendapatkan tarif yang lebih enteng yakni Rp3.000 / hari bagi masyarakat mampu. Kemudian bagi warga kurang mampu hanya dikenakan tarif Rp 9,-/ Watt per hari nya. Dengan total daya masing masing warga atau Kepala Keluarga (KK)  adalah 350 watt/rumah.

jembatan-kayu-muara-Engelam-ala-london-brige.

Jembatan kayu yang menjadi penyanggah roda ekomomi warga Muara Enggelam, Jembatan ini juga menjadi icon daerah ini mengingat fungsinya dapat terbuka maupun tertutup saat pasang tiba -- www.kaltimnews.co / Foto: Istimewa

Kehadiran Klik-me yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BumDes) "Bersinar Desaku" Desa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis, Kutai Kartanegara (Kukar) Kalimantan Timur (Kaltim) ini terbilang sukses dalam pengelolaannya. Sebut saja sejumlah unit usaha milik warga setempat kini merasakan imbas dari kehadiran listrik komunal tersebut.  

Usaha budidaya walet misalnya, dengan memanfaatkan aliran listrik komunal usaha di Desa ini ini kemudian meningkat tajam, dari data yang didapatkan media ini awalnya budidaya rumah walet awalnya hanya bisa di hitung dengan jari, namun sekarang rumah walet di Desa Muara Enggelam sudah mencapai sedikitnya 80 rumah. Pemanfaatan aliran listrik komunal untuk memutar audio suara burung walet sepanjang hari (24 jam) memang merupakan hal yang paling utama dalam memikat wallet untuk membuat sarang di rumah wallet warga.

Selain rumah walet, dengan kehadiran listrik komunal tersebut sebagian warga kini dapat membuat usaha rumahan seperti air minum isi ulang, TV kabel berbayar, moulding maupun pasar desa.

Masuk Top 99 Inovasi Pelayanan Publik dari Kemenpan-RB

Keberadaan klik-me kemudian seolah menjadi mahnet tersendiri dalam memperlihatkan segudang prestasi yang selama ini tersimpan di Muara Enggelam.

Replikasi Pengelolaan PLTS Komunal di Desa ini bahkan dijadikan tolak ukur dan pembelajaran beberapa daerah atau desa yang ikut mengelola listrik komunal dengan melakukan studi banding dan pembelajaran di Desa Muara Enggelam sebagai tujuan.

Dalam catatannya sudah ada tiga desa dari Sulawesi Selatan (Sulsel), tiga desa dari Nusa Tenggara Timur (NTT), dan beberapa desa dari Kubar maupun Mahulu sudah melakukan kunjungan dan pembelajaran di desa Muara Enggelam.

“Saya heran jika desa kami tertinggal, namun banyak desa yang belajar ke tempat kami, terutama dalam pengelolaan Bumdes, dan manajemen keuangannya. Yang kami pikirkan sepertinya mereka belum bisa mengelola PLTS dengan baik. Jadi datang ke Desa kami untuk studi banding soal itu. Karena kami bisa dibilang sukses lah dalam mengelola PLTS ini,” ujar Ramsyah BumDes "Bersinar Desaku memulai ceritanya yang ditemui Kaltimnews di kediamannya beberapa hari yang lalu.

Menurutnya hal sederhana yang ia lakukan selama ini dalam system mengelola listrik komunal salah satunya yakni membangun kepedulian bersama antara satu warga dengan warga lainnya.   

“Sistem subsidi ini diberlakukan Desa Muara Enggelam untuk membangun kepedulian bersama terhadap masyarakat yang kurang mampu agar bisa menikmati listrik secara bersama-sama, secara tidak langsung kehadiran Klik-me juga menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam menjaga aset milik desa sebagai aset milik bersama. Hal itu terlihat dengan adanya pemberian penghargaan bagi warga, yang melaporkan tindakan pencurian listrik, dan sanksi bagi pelanggan yang melakukan pencurian pemakaian listrik,” jelasnya.

Selain menjadi salah satu distinasi studi banding beberapa desa di Indonesia, keberhasilan Desa Muara Enngelam dalam mengelola listrik komunal juga unggul dalam sektor pelayanan publik. Tahun ini daerah yang tanpa daratan ini kembali berhasil masuk dalam top 99 inovasi pelayanan publik dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi atau Kemenpan RB atau Kemenpan-RB.

Hal tersebut terlihat dalam surat pengumuman nomor B/153/PP.00. 05/2020 yang menjelaskan bahwa terdapat 2.126 proposal kelompok umum yang masuk, termasuk Kelola Listrik Komunal Enggelam yang berhasil masuk top 99. Surat yang diterbitkan, Kamis (18/6/2020) kemarin itu dilansir dari situs resmi Indonesia berinovasi, Desa Enggelam menemukan inovasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Komunal yang dinamakan Kelola Listrik Komunal Muara Enggelam (Klik-me).

Untuk bisa masuk dalam top 99 tersebut tentunya bukanlah hal yang mudah mengingat salah satu persyaratannya adalah minimal pelayanan publik telah berjalan minimal tiga tahun, kemudian bersifat sustainable atau berkelanjutan, dapat dirasakan manfaatnya oleh orang banyak, hingga dapat menjadi percontohan daerah lain.

Selain mengukir sejarah di ajang bergengsi kemenpan-RB tersebut sejumlah catatan prestasi juga telah di torehkan BUMDes Muara Enggelam. Seperti diantaranya meraih penghargaan Top 99 inovasi pelayanan Publik di 2018, yang disusul dengan juara satu kategori inovasi Bumdes se-Kaltim 2019.

“Bahkan Bumdes Bersinar Desaku pernah mendapatkan undangan khusus dari kementerian ESDM, karena PLTS kami atau Klik-me yang dikelola masih eksis hingga kini. Bahkan bisa menghasilkan sekitar 16 hingga 20 juta per bulannya,” beber Ramsyah. (Selesai)

  • Penulis : Arief Kaseng
  • Editor : Redaksi Kaltimnews