Skip to content

Dari Lubang Tambang ke Lembah Hijau

Dipublikasikan: 06 Nov 2025, 13:00
Dari Lubang Tambang ke Lembah Hijau

KALTIMNEWS.CO, Pemandangan lubang tambang batu bara yang selama ini menjadi luka lama di Kalimantan Timur akan segera berubah wajah.

Sebanyak 1.700 tambang batu bara terbengkalai di provinsi ini akan disulap menjadi zona hijau karbon positif dan kawasan energi terbarukan, sebuah proyek besar yang digadang sebagai salah satu inisiatif keberlanjutan pascatambang terbesar di dunia.

Inisiatif bertajuk Kalimantan Carbon Corridor (KCC) ini digagas oleh Tanti Prasetyo, bekerja sama dengan perusahaan asal Singapura Carbon Credence Pte Ltd.

Program ini menargetkan pemulihan lebih dari satu juta hektare lahan rusak sekaligus menghasilkan jutaan ton kredit karbon terverifikasi setiap tahun.

“Kami ingin membuktikan bahwa lahan pascatambang bisa menjadi sumber kemakmuran baru,” ujar Tanti kepada media ini, Kamis (6/11/2025).

 

Transformasi Hijau dari Tanah Eks Tambang

Selama beberapa dekade, Kalimantan Timur dikenal sebagai daerah penghasil batu bara terbesar di Indonesia. Namun kini, arah pembangunan mulai berubah — dari ekonomi ekstraktif menuju ekonomi hijau yang berkelanjutan.

Melalui KCC, ribuan lubang tambang akan dipetakan dan direvitalisasi menjadi enam koridor hijau utama di Samarinda, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Berau, Penajam Paser Utara, dan Paser.

Masing-masing wilayah akan difokuskan pada tema berbeda: mulai dari reboisasi dan restorasi hutan, pertanian karbon dan mangrove, energi baru terbarukan (EBT) hingga ekowisata komunitas.

"Tujuannya bukan hanya memulihkan alam, tapi juga membangun ekonomi baru yang berpihak pada masyarakat," ucapnya.

 

Kemitraan Hijau dan Investasi Global

Proyek ini akan dijalankan lewat kemitraan publik-swasta di bawah koordinasi entitas bernama Karbon Bumi Pertiwi (KBP) wadah kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan komunitas lokal.

Pendanaan proyek berasal dari Green Bonds, dana ESG, serta investasi perusahaan teknologi global yang ingin menyeimbangkan emisi karbon mereka. Sebagai imbalan, mereka akan menerima kredit karbon terverifikasi dari lahan yang direstorasi.

Dalam satu dekade mendatang, proyek ini ditargetkan:
- Merehabilitasi lebih dari 1 juta hektare lahan
- Menyerap hingga 1 miliar ton karbon
- Menggerakkan lebih dari USD 2 miliar investasi hijau
- Menciptakan sekitar 100.000 lapangan kerja baru di sektor hijau

“Setiap lubang tambang yang direstorasi bukan hanya soal lingkungan, tapi juga peluang ekonomi bagi masyarakat,” ujar Tanti.


Diawasi Teknologi Canggih

Untuk memastikan transparansi, seluruh proses akan dipantau dengan teknologi mutakhir seperti AI, sensor IoT, dan citra satelit.

Sebuah platform data karbon digital akan menampilkan perkembangan rehabilitasi secara waktu nyata (real-time), memungkinkan publik melihat sejauh mana pemulihan berjalan.

“Proyek ini adalah masa depan akuntabilitas iklim di mana lahan, teknologi, dan masyarakat bersatu,” jelas Tanti.

 

Warga Lokal Jadi Pusat Perubahan

Yang menarik, proyek ini tak hanya fokus pada lingkungan, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat lokal.

Melalui Koperasi Karbon Lokal (Local Carbon Cooperatives/LCC), warga — terutama pemuda, mantan penambang, dan petani — akan dilatih dan dipekerjakan dalam kegiatan restorasi karbon dan pertanian berkelanjutan.

Sebagian hasil dari penjualan kredit karbon akan disalurkan langsung ke komunitas, sementara sisanya digunakan untuk program pembangunan daerah.

 

Dukung Target Net Zero dan IKN

Proyek KCC sejalan dengan target nasional Indonesia untuk mencapai Net Zero Emissions pada tahun 2060, serta mendukung pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur.

Dengan mengadopsi standar internasional seperti Verra, Gold Standard, dan Indonesia Carbon Registry, Kalimantan Timur diharapkan menjadi model transisi ekonomi karbon Asia Tenggara.

“Ini tentang mengubah Kalimantan Timur dari ekonomi ekstraktif menjadi ekonomi regeneratif,” tegas Tanti.

“Lahan yang dulu menggerakkan industri kini akan menjadi bahan bakar kepemimpinan keberlanjutan Indonesia.” lanjutnya

Jika proyek ini berjalan sesuai rencana, Kalimantan Carbon Corridor (KCC) dapat menjadi tolok ukur global bahwa bahkan tambang terbengkalai pun bisa disulap menjadi sumber kehidupan baru.

Kalimantan Timur kini tidak hanya menambang sumber daya alam tapi juga menambang harapan untuk bumi dan generasi berikutnya.(*)